Selasa, 25 Maret 2008

MENUMBUHKAN KREATIVITAS SISWA UNTUK MENULIS DI BLOG

Perkembangan Teknologi Informasi dan Komunikasi (TIK) khususnya internet yang begitu pesat membuat kita harus kreatif dalam pemanfaatannya. Dampak positif dan negatif dari perkembangan internet telah jelas kita rasakan bersama. Salah satu dampak positif yang kita rasakan dari perkembangan itu adalah menjamurnya tempat membuat web blog gratis di internet.


Blog di internet sangat baik sekali manfaatnya untuk kita. Manfaat paling terasa dari blog adalah menumbuhkan kreativitas kita dalam keterampilan menulis. Blog ibarat buku tulis atau buku agenda kosong yang siap untuk diisi dengan tulisan-tulisan orisinil kita. Dengan Blog, kita dituntut untuk kreatif membuat tulisan-tulisan kita sendiri yang enak dibaca, bermanfaat untuk orang lain, dan mengundang orang untuk beramai-ramai datang ke blog kita.


Blog telah menjadi trend perkembangan TIK berbasis multimedia saat ini. Aplikasi Blog juga terbukti sangat membantu guru dalam mengembangkan pembelajaran di sekolah. Dengan blog, guru dapat memasukkan materi pelajarannya, sehingga siswa dapat belajar dari blog yang dibuat guru. Proses pembelajaran akan terjadi, bila blog yang dibuat guru menarik siswa untuk membacanya, sehingga terjadi interaksi antara siswa dan guru. Karenanya, guru pun harus dapat mengajarkan siswa membuat blog di internet. Proses kreatif akan muncul dari pembuatan blog yang sangat interaktif. Melalui pembuatan blog akan terlihat kreativitas siswa dan guru.
Namun sangat disayangkan, menjamur dan tumbuhnya blog di internet tidak diimbangi dengan budaya menulis di kalangan siswa bahkan guru, sehingga banyak blog yang tidak terupdate dengan baik, bahkan isinya (contentnya) banyak yang kosong. Hal ini sungguh memprihatinkan dan perlu dicari solusinya. Terutama dalam proses pembelajaran di sekolah.


Dr. Wina Sanjaya menuliskan masalah yang dihadapi dunia pendidikan kita saat ini adalah masalah lemahnya proses pembelajaran. Dalam proses pembelajaran, anak didik kurang didorong untuk mengembangkan kemampuan berpikir. Proses pembelajaran di kelas hanya diarahkan kepada proses kemampuan anak menghafal informasi; otak anak dipaksa untuk mengingat dan menimbun berbagai informasi tanpa dituntut untuk memahami informasi yang diingatnya itu untuk menghubungkannya dengan kehidupannya sehar-hari. Akibatnya ketika mereka lulus, mereka pintar secara teoritis, akan tetapi miskin aplikasi.[1]


Maraknya model pembelajaran berbasis TIK juga berakibat pada perubahan budaya belajar dalam konteks pembelajarannya. Termasuk pula budaya belajar dengan menggunakan internet. Dimana siswa dituntut mandiri dalam belajar melalui pendekatan yang sesuai agar siswa mampu mengarahkan, memotivasi, mengatur dirinya sendiri dalam pembelajaran. Guru pun dituntut mampu mengembangkan pengetahuan dan ketrampilan, memfasilitasi dalam pembelajaran, memahami belajar dan hal-hal yang dibutuhkan dalam pembelajaran.


Saat ini belum banyak sekolah yang memanfaatkan jaringan internet dan intranet sebagai sarana pemanfaatan TIK dalam proses pembelajarannya. Belum banyaknya sekolah yang berkonsentrasi penuh terhadap hal di atas membuka lahan penelitian yang terbuka lebar untuk diteliti.


SMP Labschool Jakarta adalah sekolah yang pertama kali (1998) membuka program kelas akselerasi, yaitu kelas yang melaksanakan program belajar di sekolah hanya dua tahun. Sekarang ini, jumlah kelas akselerasi telah menjamur dan tersebar di seluruh Indonesia. Karena itu perlu dibangun sebuah sistem pembelajaran berbasis TIK yang mengharuskan siswa belajar melalui media online di internet, sehingga siswa tidak hanya belajar melalui tatap muka di kelas, tetapi juga siswa dapat belajar dimana saja dan kapan saja.


Dengan jumlah pertemuan tatap muka yang sedikit di kelas akselerasi, membuka peluang pembelajaran internet dapat dimanfaatkan untuk meningkatkan hasil belajar siswa di kelas akselerasi.


Karena waktu jam pertemuan yang lebih singkat dari kelas reguler, maka diperlukan media internet yang berupa aplikasi blog untuk memasukkan materi-materi esensial yang harus dibaca dan dipelajari siswa akselerasi. Dengan berbantuan media aplikasi berbasis blog, diharapkan program akselerasi ini juga bisa tersebar merata dengan kurikulum yang sama di seluruh Indonesia. Sehingga pro dan kontra kelas akselerasi dapat teratasi.


Dalam Standar Kompetensi Lulusan (SKL) mata pelajaran TIK di Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP) pada tingkat SMP dituliskan bahwa siswa diharapkan mampu memahami penggunaan TIK dan prospeknya di masa datang, menguasai dasar-dasar keterampilan komputer, menggunakan perangkat pengolah kata dan pengolah angka untuk menghasilkan dokumen sederhana, memahami prinsip dasar internet/intanet dan menggunakannya untuk memperoleh informasi.[2]


Berdasarkan SKL itulah guru mengikuti Standar Kompetensi (SK) dan Kompetensi dasar (KD) yang tercantum dalam Standar Isi 2006 dalam KTSP (Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan) dimana siswa dapat menggunakan, menyebarkan, dan memperoleh informasi dari internet dengan membuat blog pribadi.


Dari proses pembuatan blog pribadi siswa inilah, guru ingin menumbuhkan kreativitas siswa untuk menulis yang sekarang ini kurang tergarap dengan baik. Padahal di dalam pelajaran Bahasa Indonesia ada materi untuk menulis. Berdasarkan hal tersebut di atas, guru mencoba menumbuhkan kreativitas siswa untuk menulis melalui pembuatan blog di internet.
[1] Dr. Wina Sanjaya, M.Pd, Strategi Pembelajaran Berorientasi Standar Proses Pendidikan, Penerbit Kencana, 2008, p. 1
[2] KTSP,p.27

Tidak ada komentar: